BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan
di sekolah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik khususnya
pada proses belajar mengajar.
Seseorang tidak pernah lepas dari
bermacam hal yang dipengaruhinya, baik itu datang dari dalam individu maupun
dari luar individu itu sendiri. Karena dalam proses belajar mengajar seseorang
akan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dimana interaksi
tersebut dappat membawa pengaruh yang positif dan negatif pada proses belajar
siswa
Dalam hal ini pengaruh positif dan
negatif tersebut akan mempengaruhi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
proses belajar mengajar. Pengaruh positif itu yang diharapkan, karena akan
dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik guna mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan pengaruh negatif akan menjadi penghambat bagi siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan atau dalam kata lain siswa akan mengalami kesulitan
dalam belajar
Prestasi belajar yang memuaskan
dapat diraih peserta didik, jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar
dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan, dan
gangguan dapat juga dialami oleh peserta didik. Dalam pencapaian prestasi
belajar, siswa tidak terlepas dari masalah dan tingkat kesulitan yang dihadapi
oleh masing-masing siswa dan masing-masing sekolah berbeda-beda.
Masalah-masalah dan tingkat
kesulitan ini yang pada akhirnya masing sekolah berbeda-beda. Masalah-masalah
dan tingkat kesulitan ini yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pengajaran yang selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
1.2
Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas kita dapat membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kesulitan belajar?
2. Bagaimana ciri anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
3. Apa faktor penyebab kesulitan belajar?
4. Bagaimana cara mengenali anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
5. Apa solusi untuk masalah kesulitan belajar?
1.3
Tujuan
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan dari pendidikan
ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, baik budi pekerti nya dan
sebagainya.
Sebuah sekolah atau lembaga pendidikan di katakan
berhasil apabila anak didik berprestasi atau menimbulkan kemajuan dan
perkembangan yang pesat terhadap sekolah maupun pada diri anak didik itu
sendiri. Maka dari itu seorang hendaknya membantu apabila ada anak didiknya
mengalami kesulitan dalam belajar agar program belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar.
1.4
Manfaat
Manfaat dari makalah mengenai “kesulitan belajar” ini
adalah:
1.
Mengetahui faktor apa saja yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar, sekaligus mengetahui bagaimana cara penyelesaiannya.
2.
Mengetahui ciri-ciri anak yang sedang
mengalami masalah kesulitan dalam belajar dan mengetahui bagaimana solusi untuk
mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama.
Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan
"Kesulitan Belajar".
Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan
tingkatan pasti memiliki anak didik yang ber kesulitan belajar. Masalah yang
satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tapi juga
dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan
kesederhanaan nya. Hanya yang membedakannya pada sifat jenis, dan faktor
penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik
yang satu dapat diatasi tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan
belajar anak didik yang lain. Tetapi disadari atau tidak belajar datang pada
anak didik.
Kesulitan belajar merupakan problem yang
nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Kesulitan belajar mencakup pengertian yang
luas dan termasuk hal-hal di bawah ini:
1.
Learning Disorder adalah keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
2.
Learning Disabilities adalha
ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu tidak
mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3.
Learning Disfunction adalah gejala yang
menunjukkan dimana proses belajar
mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda sub normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan
psikologis lainnya.
4.
Underachiever adalah mengacu pada
anak-anak yang memiliki potensi intelektual diatas normal tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah.
5.
Slow Learner adalah anak yang lambat
dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.
2.2
Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar
Seringkali
kita mendengar masalah atau keluhan tentang kesulitan yang dialami anak-anak
dan remaja dalam menghadapi dan mengikuti pelajaran di sekolah, baik secara
lisan, tulisan ataupun tugas-tugas yang perlu dilaksanakan. Masalah keluhan itu timbul bukan
semata-mata sebagai suatu reaksi spontan terhadap suatu keadaan, akan tetapi
biasanya mulai dirasakan sebagai akibat dari suatu peristiwa yang kadang-kadang
sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Pada anak-anak dan remaja yang mengalami
masalah sekolah, biasanya terdapat keluhan-keluhan umumnya sebagai berikut :
1)
Tidak ada minat terhadap pelajaran
dan bersikap acuh tak acuh.
2)
Prestasi sekolah menurun atau
tidak ada kemajuan sama sekali.
3)
Timbulnya sikap-sikap atau tingkah
laku yang tidak diinginkan.
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka
masing-masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak
didik.
1.
Faktor intern (faktor dari dalam diri
manusia itu sendiri)
a. Sebab yang bersifat fisik
1) Karena sakit
2) Karena kurang sehat
3) Sebab karena cacat tubuh (ringan/serius)
b. Sebab-sebab
kesulitan belajar karena rohani
Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik.
Faktor rohani meliputi antara lain:
1) Inteligensi
2) Bakat (potensi/Kecakapan dasar yang di bawa sejak lahir)
3) Minat
4) Motivasi
5) Kesehatan mental.
2.
Faktor ekstern (faktor dari luar
diri/lingkungan)
Faktor
ekstern anak didik yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor
lingkungan ini meliputi:
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan
pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor
penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain:
1) Faktor orang tua
2) Suasana rumah/keluarga
3) Keadaan ekonomi keluarga (miskin/kaya)
b. Lingkungan
perkampungan/masyarakat
1) Teman bergaul
2) Lingkungan tetangga
3) Aktivitas dalam masyarakat
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor anak
didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik. Yakni
berikut ini:
1.
Yang bersifat kognitif (ranah cipta)
2.
Yang bersifat afektif (ranah rasa)
3.
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa)
Selain faktor-faktor diatas ada pula
faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik.
Faktor-faktor itu di pandang sebagai faktor khusus, misalnya sindrom psikologi
berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Syndrom (syndrome) berarti
satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang
menimbulkan belajar anak didik.
Jika sudut pandang diarahkan pada aspek
lainnya maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi
menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.
2.3
Langkah-Langkah Mengenali Anak
Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami
kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar
disebabkan adanya ancaman hambatan, ataupun gangguan dalam belajar sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa di amati oleh orang lain guru ataupun orang
tua.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar
misalnya:
1. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang di capai oleh
kelompok kelas.
2. Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal
anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
berpura-pura, dusta dan lain-lain
6. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung dan lain-lain.
7. Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang
diperoleh sebelumnya.
8. Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.
9. Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alas an atau bolos.
Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginterpretasi
atau memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Atau bisa
juga dengan cara lain, yaitu penyelidikan dengan cara observasi, interview,
dokumentasi, atau tes diagnostik.
2.4
Mengidentifikasi Kasus Kesulitan
Belajar
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa
diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang di duga sebagai
penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber
penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, afektif dan efisien.
Secara garis besar langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam
rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik dapat dilakukan melalui:
1.
Pengumpulan data
Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat
dipergunakan berbagai metode di antaranya:
a. Kunjungan rumah
b. Meneliti pekerjaan anak
c. Tugas kelompok/melaksanakan tes
2.
Pengolahan data
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara
lain:
a. Identifikasi
kasus
b. Membandingkan
antar kasus
c. Membandingkan
dengan hasil tes
d. Menarik
kesimpulan
3.
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari
pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan
mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan
mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
4.
Prognosis
Prognosis artinya "ramalan" apa yang telah di
tetapkan dalam tahap diagnosis. Keputusan yang diambil berdasarkan hasil
diagnosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai
bantuan yang harus diberiukan kepada naka untuk membantunya keluar dari
kesulitan belajar
5.
Treatment
Treatment adalah perlakuan, maksudnya pemberian bantuan
kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang
telah di susun pada tahap prognosis.
6.
Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment
yang telah diberikan berhasil dengan baik artinya ada kemajuan yaitu anak dapat
dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian disini perlu
ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi kegagalan
treatment berdasarkan evaluasi secara teoritis, langkah-langkah yang perlu di
tempuh antara lain:
a. Re-diagnosis
b. Re-prognosis
c. Re-treatment
d. Re-evaluasi
Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi
kesulitan belajar anak yang bersangkutan.
2.5
Pemecahan Masalah Kesulitan
Belajar
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar
sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan
sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak
sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari
secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat
pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya
bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah
tidak dapat dukuasai dengan baik.
Langkah-Langkah Tindakan Diagnosa Menurut C. Ross dan Julian
Stanley, langkah-langkah mendiagnosis kesulitan belajar ada tiga tahap, yaitu:
1.
Langkah-langkah diagnosis yang meliputi
aktifitas, berupa
a. Identifikasi kasus.
b. Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan
c. Menemukan faktor penyebab baik secara internal maupun eksternal
2. Langkah prognosis yaitu suatu langkah untuk mengestimasi (mengukur),
memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak.
memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak.
3. Langkah Terapi yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif
kemungkinan cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan
tersebut yang kegiatannya meliputi antara lain pengajaran remedial, transfer
atau referal.
Kemampuan yang Harus Dimiliki Konselor .Berkait dengan
perannya sebagai seorang konselor, tiap individu konselor harus memiliki
kemampuan yang profesional yaitu mampu melakukan langkah-langkah :
1.
Mengumpulkan data tentang siswa
2.
Mengamati tingkah laku siswa
3.
Mengenal siswa yang memerlukan bantuan
khusus
4.
Mengadakan komunukasi dengan orang tua
siswa untuk memperoleh
keterangan dalam pendidikan anak.
5.
Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga
yang terkait untuk membantu memecahkan masalah siswa
6.
Membuat catatan pribadi siswa
7.
Menyelenggarakan bimbingan kelompok
ataupun individual
8.
Bekerjasama dengan konselor yang lain
dalam menyusun program bimbingan sekolah
9.
Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur
bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan
siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin
Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni
:
a. Call
them approach; melakukan
wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara
ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain
good relationship; menciptakan
hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah
antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang
tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya
melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal
lainnya.
c. Developing
a desire for counseling;
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
d. Melakukan
analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat
dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan
analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,
karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses
Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a)
substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau
(d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah
mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang
disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk
mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani
dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan;
(e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan
moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu
senggang.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan
faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan
belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang
mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a)
faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi,
sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti :
lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan
lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah
yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai
alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan
menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil
keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi
kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama
menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber
permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih
berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian
bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih
mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas
hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha
pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk
melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah
diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria
keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
a) Berkembangnya pemahaman baru
yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
b) Perasaan positif sebagai
dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
c) Rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan
upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara
itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa
kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu
apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be
aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2. Siswa telah memahami (self
insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai
menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara
obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun
ketegangan emosinya (emotion stress release).
5. Siswa telah menurun
penentangan terhadap lingkungannya
6. Siswa mulai menunjukkan
kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan
secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan
kemampuan melakukan usaha – usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah
diambilnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat kami ambil dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Kesulitan belajar adalah suatu
kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar pada anak didik yaitu faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu
sendiri) dan faktor ekstern (faktor dari luar diri/lingkungan)
3. Cara mengenal anak didik yang
mengalami kesulitan belajar'
a. Menunjukkan
prestasi belajar yang rendah
b. Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar
d. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar
e. Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan.
4. Usaha
mengatasi kesulitan belajar pada anak didik yaitu:
a. Pengumpulan
data
b. Pengolahan
data
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Treatment
f. Evaluasi.
3.2 Saran
1. Bagi
siswa yang mengalami kesulitan belajar hendaknya bertanya kepada teman ataupun
guru.
2. Bagi
para guru atau pengajar harus lebih memahami karakteristik anak- anak didiknya
sehingga para siswa lebih mudah memahami pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
Prayitno
dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
P2LPTK Depdikbud
Prayitno
(2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Depdikbud Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah
Seri
Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta: IPBI
Winkel,
W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia